Susanto dokter gadungan di Surabaya viral sudah praktek 2 tahun, ternyata cuma lulusan SMA
Masyarakat dihebohkan dengan seorang dokter gadungan yang telah bekerja selama dua tahun di sebuah rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur. Adalah Susanto, dokter gadungan yang bekerja di RS Pelindo Husada Citra (PHC) Surabaya, yang ternyata cuma lulusan SMA.
Menipu dengan Mencuri Identitas Dokter Asli
Awal mula aksi Susanto menjadi dokter gadungan adalah dengan melamar kerja di RS PHC dengan mencuri identitas dr. Anggi Yurikno yang berasal dari Bandung, Jawa Barat.
Aksinya tersebut ternyata membawanya menjadi ‘dokter sungguhan’ di RS PHC. Bahkan, ia sempat dipercaya sebagai dokter klinik K3 di wilayah kerja Pertamina di Cepu.
Tak hanya di RS PHC Surabaya, Susanto ternyata juga pernah melakukan aksi serupa di RS Gunung Sawo Semarang, dengan menyamar sebagai dr. Eko Adhi. Namun, aksinya ketahuan polisi.
Selain itu, rekam jejak Susanto sebagai dokter gadungan juga tercatat di beberapa tempat, seperti di Puskesmas Gabus, PMI Grobogan, dan RS Pahlawan Medical Center Kandangan, Kalimantan Selatan.
Pernah Sempat Dipenjara, Tapi Tidak Jera
Menurut informasi, aksi Susanto menyamar sebagai Dokter Gadungan pernah terendus polisi, yaitu ketika ia menyamar sebagai dr. Eko Adhi di RS Gunung Sawo, Semarang.
Susanto tertangkap setelah polisi bertanya kepada warga sekitar yang ternyata tidak mengenai sosok dr. Eko Adhi. Susanto sempat dipenjara selama 20 bulan.
Setelah keluar penjara, Susanto malah tidak jera. Lulusan SMAN 1 Mertoyudan Magelang itu malah pamit ke Surabaya untuk seminar, dan setelah itu tidak ada kabar.
Menurut informasi yang beredar, selama berada di Surabaya, Susanto pernah menjabat sebagai Direktur Utama di Yayasan RS Habibullah.
Ikatan Dokter Indonesia Angkat Bicara
Rekam jejak Susanto yang telah berulang kali menjadi dokter gadungan dan membobol beberapa identitas dokter membuat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ikut angkat bicara.
Menurut Ketua Umum IDI dr. Adib Khumaidi, pihaknya menyayangkan RS PHC selaku instansi rumah sakit terkait yang tidak melibatkan IDI daerah setempat dalam proses kredensial seorang dokter.
“Jadi, kalau ada dokter yang ingin berpraktik dalam suatu wilayah, maka dia masuk ke dalam suatu proses yang namanya masuk di klip komite rekomendasi izin praktik dengan proses kredensial di internal (IDI),” ungkap dr. Adib.
“Setiap proses kredensial atau penerbitan rekomendasi izin praktik, itu harus selalu melibatkan IDI cabang setempat,”
Sumber foto:
0 Komentar